Oleh Dr. Thariq Kamal an-Nu’aimi
Semua orang pasti setuju bila dikatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kondisi psikologis yang berbeda. Kondisi psikologis yang secara aktif sangat berpengaruh pada cara memahami, berbuat, dan merespon sesuatu. Perbedaan tersebut membuat masing-masing menjadi jelas dan sepertinya tidak akan mungkin bisa bersandar pada dunia yang sama, cara berfikir yang sama. Inilah kodrat manusia. Agar tak salah dalam menafsirkan cara berpikir, maka adalah baiknya mengetahui bagaimana perbedaan ini? Dengan mengetahui dasar-dasar perbedaan ini, diharapkan tidak ada lagi rasa curiga.
Selain perbedaan yang mencolok secara fisik, tentu banyak perbedaan lainnya secara lahiriah. Begitu halnya dalam hal cara berfikir. Cara berfikir lelaki terkonsentrasi (terpusat) pada kebutuhannya saja dan hanya memperhatikan dirinya saja. Sebaliknya pada wanita, akan lebih mudah memperhatikan sekelilingnya melebihi perhatian pada dirinya sendiri. Ia akan menngorbankan dirinya sendiri dan tidak merasakan hal tersebut.
Perbedaan cara berpikir ini yang mendasari sikap tidak saling memahami jalan pemikiran. Lelaki tidak bisa berfikir dan menyikapi sesuatu seperti yang dilakukan perempuan. Begitu juga sebaliknya. Jika masing-masing pihak memaksakan cara berpikirnya, tentu saja fatal akibatnya. Timbullah rasa frustasi, ketegangan yang diwarnai pertengkaran, kebencian yang dapat menimbulkan keretakan dalam rumah tangga.
Lalu, apa saja perbedaan itu?
Cara Berpikir
Otak lelaki dan perempuan berbeda, begitu pula dalam penggunaannya. Para lelaki akan sulit sekali merubah fikirannya dalam waktu sekejab. Lain hal dengan wanita.
Jika seorang lelaki dalam konsentrasi penuh melakukan suatu hal, maka akan sulit baginya untuk membagi konsentrasi pada hal lainnya. Misalnya, seorang suami sedang asik membaca. Si istri datang dengan maksud ingin menciptakan suasana hangat. Namun yang terjadi pada suami adalah si istri mengganggu konsentrasinya. Hal umum terjadi adalah, suami dan istri sama-sama menjadi jengkel karena tak terpenuhi keinginannya.
Hal yang harus dilakukan istri adalah, tanyakan pada suami apakah dia ingin berbincang-bincang padanya. Jika suami mengatakan kesanggupannya tapi dia tidak melepaskan matanya dari bacaannya. Lebih baik tak usah dilanjutkan lagi perbincangan karena sudah pasti suami tidak akan dapat berkonsentrasi dengan dua macam perbuatan. Lebih baik cari lagi waktu luang lainnya. Dan hal ini tidak berarti dia tidak mencintai dan perduli pada istrinya. Hal ini hanyalah karena tabiat dasar seorang lelaki.
Interaksi dengan dunia luar bagi lelaki adalah pergulatan dengan dunia luar. Pergulatan yang membutuhkan enerji besar dan keharusan untuk memenangkannya. Ia harus selalu menjadi orang yang berada di urutan teratas. Tentu saja interaksi ini berbeda jauh pada kaum perempuan yang penuh dengan kasih sayang, dunia penuh cinta, dan hubungan sosial.
Cara berfikir terhadap dunia luarpun menjadi sangat berbeda. Dimana lelaki berfikir secara sentratif (memusat) akan mengaitkan satu hal dengan hal lainnya kemudian secara bertahap membentuk sebuah gambaran yang dapat ia mengerti. Sedangkan perempuan memiliki sifat ekspansif (meluas) dimana pada tahap awalnya ia akan mencoba menjelajah segala aspek yang terkait dengan objek kemudian mengkaitkan bagian-bagian tersebut.
Contoh sederhana adalah saat berbelanja. Bagi lelaki dimana cara berfikirnya terkonsentrasi adalah langsung membeli barang yang dibutuhkannya dan mengabaikan lainnya. Berbeda dengan perempuan yang bersifat ekspansif. Perempuan membutuhkan waktu untuk menjelajah sambil menyebarkan sifat penyayangnya. Tentu hal yang melelahkan bagi lelaki bila ia dipaksakan harus melakukan hal yang sama seperti kaum perempuan.
Perbedaan lainnya terletak pada cara berfikir dalam menyelesaikan masalah. Bagi lelaki, berfikir adalah diam namun bagi perempuan berfikir sambil berbicara agar mendapatkan kejernihan dalan berfikir. Kontradiktif. Tabiat pokok para lelaki adalah perhatian pada sesuatu yang di luar. Sehingga ketika ia mengalami kesukaran maka ia akan menarik diri dan mulai berfikir secara diam. Ia berusaha memecahkan permasalahan yang dialami. Demikianlah cara lelaki bersikap agar telepas dari kesukaran dan kelelahan.
Lelaki yang merasa lelah akan berusaha mencari kelegaan dengan berusaha mendapatkan tempat yang cukup tenang, jauh dari kebisingan. Dan secara umum berusaha menghindarkan diri untuk tenggelam pada perdebatan dalam bentuk apapun. Ia tidak ingin berbicara, baik pada permasalahan yang dihadapi maupun tema lainnya. Yang diinginkan lelaki pada waktu itu hanyalah ketenangan. Dan rumah adalah tempat mendapatkan ketenangan itu.
Di antara naluri khas lelaki adalah apabila ia konsentrasi untuk membahagiakan perempuan maka ketika itu semua pikiran dan usahanya terpusat untuk mewujudkannya. Bila ia merasa perempuan telah merasa bahagia, maka lelaki akan berusaha mengubah pikirannya pada hal baru secara tidak sengaja. Ia mulai konsentrasi pada hal lain, seperti permasalahan dalam pekerjaan. Sehingga otaknya sibuk, pemikirannya tertumpah pada hal tersebut, sehingga masalah baru itu menjadi sangat menyibukkan dia. Seakan-akan ia telah mengabaikan istrinya yang ia cintai.
Seni Berkomunikasi
Sudah umum dikatakan bahwa perempuan adalah makhluk cerewet yang banyak omong. Sebenarnya pendapat itu tidak salah dan juga tidak sepenuhnya benar. Kaum lelaki juga sangat suka berbicara. Kaum lelaki banyak berbicara saat di luar rumah, saat ia berjuang dan berkorban untuk mendapatkan kebutuhannya. Saat di rumah ia menjadi pendiam karena baginya rumah bukan tempat untuk berjuang. Rumah adalah tempat untuk beristirahat, mengistirahatkan otaknya. Berbeda dengan kaum perempuan yang merasa rumah adalah tempat yang tepat untuk berbicara terutama dengan suaminya. Lagi-lagi, keadaan yang sangat jauh berbeda. Lalu bagaimana mengatasinya?
Tentu saja harus melihat kondisi dan situasi. Lelaki yang sedang memiliki masalah di kantor akan terus membawa masalahnya itu sampai ke rumah. Ketika suami sedang dalam kondisi letih dan mempunyai masalah, maka perempuan harus memahami hal itu bahwa suami sedang lelah, butuh istirahat, dan ketenangan. Kewajiban perempuan adalah memenuhi hal tersebut. Jika tidak, akibatnya akan buruk. Jika suami telah menemukan pemecahan masalahnya, letihnya telah habis, maka ia akan terlihat gembira. Pikirannya menjadi baik kembali. Mukanya menampakkan senyuman yang lebar. Siap diajak untuk berkomunikasi.
Dalam dunia lelaki, ada dua sebab mengapa ia mau berbicara tentang masalahnya:
1. Ingin berembug dan mencari jalan keluar
2. Ingin membebaskan diri dari tanggung jawab dan kesalah tersebut.
Dalam benak lelaki, saat perempuan mengatakan keluhannya, dua hal tersebutlah yang menjadi alasannya. Jikalah istrinya mengeluh, maka secara otomatis, lelaki yang menganggap dirinya sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab penuh kepada istrinya akan memberikan jalan keluarnya. Namun lelaki tidak mengetahui bahwa istrinya membutuhkan perbincangan kasih sayang bukan membutuhkan nasehat-nasehat dan jalan keluar. Baik, jika ternyata lelaki itu mampu mengerti akan kebutuhan bercakap-cakap ini dalam diri istrinya sehingga konflik tidak ada.
Hal lain yang menjadi permasalahan adalah jika lelaki menangkap pesan bahwa keluhan yang disampaikan istrinya adalah salah satu tindakan pembebasan diri si istri dari tanggung jawab. Dengan kata lain, bahwa lelaki merasa bahwa istrinya telah menganggapnya lalai. Ketika inilah lelaki akan mengeluarkan senjatanya untuk membela diri. Di sinilah harus ada trik-trik dalam menyampaikan keluhan permasalahan.
Di lain sisi, kaum perempuan menyukai memberikan pertolongan dan bantuan kepada sesama. Keadaan berbeda pada kaum lelaki. Perbedaan memang selalu ada selayaknya tulang rusuk yang bengkok bagi kaum lelaki, selalu berseberangan sifatnya. Tujuan memberikan bantuan bagi kaum perempuan adalah untuk membuat dia merasa dicintai. Sementara dalam dunia kaum lelaki, memberikan bantuan sukarela dianggap sesuatu yang tak dapat diterima. Kadang ditafsirkan sebagai penghinaan atas sebuah ketidakmampuan.
Karena itulah, seorang istri yang baik akan membiarkan suaminya berkerja dan percaya penuh padanya. Biarkanlah ia, turutilah, dan jangan mencampur aduk. Jangan berusaha memperbaiki kecuali apabila ia tidak bekerja dan berhenti dari pekerjaannya.
Secara umum, bila perempuan ingin memberikan bantuan kepada suaminya atau memberikan nasehat kepadanya. Murni keinginannya dengan tujuan untuk kebaikan si suami, sebagai wujud rasa cinta tanpa diminta suami. Sikap ini akan terasa menyakitkan bagi suami. Bagi suami, tindakan ini sebagai sikap dari rasa ketidakpercayaan istri padanya. Ada baiknya dilakukan dengan sikap yang tidak menggurui atau dengan cara tidak langsung.
sumber http://bungazahrah.wordpress.com/2008/11/07/psikologi-suami-%E2%80%93-istri/
Salam my blog
No comments:
Post a Comment